Akhir-akhir ini banyak kalangan yang menyoroti
pengelolaan sampah di Alor. Lini masa masyarakat alor banyak tersita masalah
sampah. berbagai komentar dikemukakan terkait sampah di alor. banyak yang
menyoroti kurangnya perhatian pemda terkait
pengelolaan sampah. Tidak sedikit juga yang cukup realitis mengapresiasi
kinerja instansi pemerintah dalam hal lingkungan hidup.
Problematika sampah di Alor saat ini dapat
dikatakan cukup mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, sampah yang ada di darat pada
akhirnya dapat berpindah ke laut dan mengganggu ekosistem laut. Keindahan bawah
laut alor yang mendunia dapat terancam pesonanya karena sampah plastik. Memang
butuh waktu lama untuk itu, tetapi informasi tercemarnya alam bawah laut alor
oleh sampah pernah kita temukan pada akun media sosial salah satu warga nusa
kenari ini.
Dalam Forum Diseminasi Hasil Kajian dan
Evaluasi Regulasi Persampahan di Kabupaten Alor kemarin (28/10/2019), saya medapat informasi
yang cukup mengusik pikiran saya mengenai kondisi sampah di alor. Kegiatan yang
digagas Bappelitbang Kabupaten Alor bekerjasama dengan WWF Alor ini akhirnya
mengungkap sedikit fakta mengenai sampah alor. Forum yang juga dihadiri oleh
salah satu anggota DPRD Kabupaten Alor, Bapak Doni Mooy, yang juga menjabat
Ketua Komisi I DPRD Alor.
Salah satu pemateri dari Universitas Tribuana
Kalabahi memaparkan kajian mengenai pendataan sampah pesisir Alor. Pendataan
dilakukan oleh organisasi pemerhati sampah plastik PFON pada sejumlah titik
pemantauan. Banyak fakta terungkap, namun ada satu yang cukup mencengangkan.
Jumlah sampah pada salah satu titik pemantauan di Pantai Kadelang sebanyak 6
ton hanya dalam waktu satu bulan berselang. Entah sampah apa saja yang menumpuk
disitu, dan dari mana mereka berasal. Tapi yang jelas, sebagian besarnya adalah
sampah plastik.
Informasi keberadaan sampah plastik yang
‘menggunung’ tersebut cukup mengganggu pemikiran kita. Tetapi dari sekian
banyak informasi negative yang ditemukan, ada juga informasi positif yang
menjadi modal kita kedepan dalam pengelolaan sampah di Alor. salah satu
diantaranya adalah sudah adanya kesadaran dari sekelompok masyarakat dalam
pengumpulan sampah. Diantaranya meliputi kelompok pemuda, mahasiswa dan
pemerrhati lingkungan dari berbagai kalangan. terutama yang cukup membanggakan
adalah dari kalangan pelajar dan pemuda.
Pemateri berikut dari Tenaga ahli WWF Alor
dapat membuka cakrawala berpikir peserta forum diskusi. Permasalahan sampah di
Alor dan beberapa daerah lainnya lebih disebabkan karena paradigma yang keliru
dalam penanganan sampah. Selama ini terjadi adalah menganggap sampah sebagai
beban, sebagai sumber masalah yang harus segera disingkirkan.
Sampah seharusnya dipandang sebagai sumber
daya, sebagai sumber penghasilan, sebagai sumber ekonomi dan sumber-sumber
lainnya yang penting untuk dikelola lebih lanjut. sampah dapat mendatangkan
uang bagi pengelolanya. Banyak kisah sukses para pengelola sampah yang akhirnya
beromzet ratusan juta rupiah hanya dengan mengelola sampah. Dengan sedikit
sentuhan kreativitas, sentuhan teknologi yang tidak terlalu canggih,
orang-orang itu akhirnya dapat merubah sampah sebagai masalah menjadi sumber
penghasilan bagi mereka dan bahkan bagi masyarakat sekitar.
Konsep dan cara pandang seperti ini yang perlu
kita terapkan di Alor. Saat ini baru ada satu pendaur ulang sampah di Alor yang
juga telah menghasilkan sejumlah rupiah dari pengelolaan sampah. Bank Sampah
yang dulu pernah ada juga kini sudah tidak aktif lagi. Jumlah sampah yang
dikelola masih sedikit dan skalanya juga masih kecil. sebagian besar sampah
yang diproduksi masih saja diangkut ke TPA dan dibuang disana.
Perlu ada keterlibatan segenap pihak dalam
pengelolaan sampah seperti ini. Perlu ada tambahan titik-titik pendaur ulang
sampah di alor semacam TPS 3R yang tersebar pada lokasi-lokasi permukiman.
Perlu adanya perubahan cara pandang sampah yang diikuti dengan kebijakan
penanganannya. Karena sampah sesungguhnya adalah sumber daya yang bernilai
ekonomi.
Perlu ada terobosan dalam pengelolaan sampah di
Alor. Jumlah sampah yang diproduksi selama ini tidak sebanding dengan sarana
prasarana persampahan dan sumber daya yang dimiliki instansi teknis Pemda Alor
saat ini. Tidak layak semua pengelolaan sampah hanya berada pada pundak
teman-teman instansi teknis sementara kita seenaknya memproduksi sampah setiap
hari.
Masih rendahnya Kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya
ReplyDelete